Nawala Patra
Nawala Patra
(n) Tulisan; karangan dan/atau pembuatan.
I’m crazy about you, I don’t know what you do. It’s in the way you make me feel alright. I wish I could tell you, but I’m so scared you’ll run away . Cause we’re in a friend-zone🎶🎶
Biarkan aku terus menjelajah meski pada akhirnya tetap saja terkurung di jurang tak berdasar. – Aprilliask.
Adalah persuaan, pilihan yang seharusnya menjadi jawaban. Sayangnya, disetiap kita berpapasan, kita tetaplah kita. Senyum tetaplah sebatas senyum, memanggil nama ku tetaplah sebuah keramahan, dan membantu ku tetaplah sebuah bantuan lingkar pertemanan. Benar, sekali lagi, pertemanan. Yang harus kamu garis bawahi adalah berpapasan itu sebuah ketidaksengajaan dan ketidaksengajaan selalu membawa sesuatu masuk ke dalam perasaan. Entah sejak kapan, matamu menjadi tempat paling meneduhkan sepanjang musim. Sampai sini, paham?
Namun harus bagaimana lagi aku menunjukkan? Sedangkan kamu masih terus mematung. Usaha ku yang kesekian kalinya untuk mendapatkan perhatian mu itu, tetap saja nihil, hati mu memang keras kepala. Sial, entah dari kapan rindu ini menggerogoti seluruh ruang dihati. Tanpa sesak, namun terasa berat. Bila kamu bertanya, apa yang membuat ku seolah dibunuh waktu? Aku mengecap, tergelincir ketika salah menginjakkan kaki; terseok mengejar senyum mu yang membias; terabaikan ketika rindu ku semakin mengguncang. Iya, aku memang tidak pandai mendefinisi rindu. Mungkin, doa akan menyampaikan lembut, tanpa malu.
Beberapa alasan yang tak bisa aku ungkapkan perihal keyakinan. Maka, usah tanya mengapa aku bisa seyakin ini untuk mendapatkan mu. Padahal jika kita lihat kenyataannya, kamu benar-benar jauh dan sulit ku rengkuh. Aku selalu berlebih atas apa yang ku harapkan padahal aku melihat kita bisa bersama walaupun sebatas angan. Setidaknya, kamu tercipta dalam dunia yang ku buat sendiri; kita ada karena aku mengupayakan kita membentuk cerita; aku bahagia dalam pelukan delusi seseorang yang mati-matian ku buat hidup. Gemetar memang, saat tahu yang ku rangkai adalah bangkai bayangan.
Aku tidak lantang menyuarakan apa yang meruak dalam dada, karena setahuku menggapai renjana tidak butuh suara. Cobalah rasakan sedikit gelora yang memancar jelas saat raut wajahku mendadak gelagapan didepanmu, mau sampai kapan kamu tak memedulikan? Baiklah, sekarang aku mengerti, mengapa kita tidak pernah satu frekuensi. Kamu yang kurang peka atau pura-pura tidak merasa?
(n) Tulisan; karangan dan/atau pembuatan.
I’m crazy about you, I don’t know what you do. It’s in the way you make me feel alright. I wish I could tell you, but I’m so scared you’ll run away . Cause we’re in a friend-zone🎶🎶
# # #
Adalah persuaan, pilihan yang seharusnya menjadi jawaban. Sayangnya, disetiap kita berpapasan, kita tetaplah kita. Senyum tetaplah sebatas senyum, memanggil nama ku tetaplah sebuah keramahan, dan membantu ku tetaplah sebuah bantuan lingkar pertemanan. Benar, sekali lagi, pertemanan. Yang harus kamu garis bawahi adalah berpapasan itu sebuah ketidaksengajaan dan ketidaksengajaan selalu membawa sesuatu masuk ke dalam perasaan. Entah sejak kapan, matamu menjadi tempat paling meneduhkan sepanjang musim. Sampai sini, paham?
Namun harus bagaimana lagi aku menunjukkan? Sedangkan kamu masih terus mematung. Usaha ku yang kesekian kalinya untuk mendapatkan perhatian mu itu, tetap saja nihil, hati mu memang keras kepala. Sial, entah dari kapan rindu ini menggerogoti seluruh ruang dihati. Tanpa sesak, namun terasa berat. Bila kamu bertanya, apa yang membuat ku seolah dibunuh waktu? Aku mengecap, tergelincir ketika salah menginjakkan kaki; terseok mengejar senyum mu yang membias; terabaikan ketika rindu ku semakin mengguncang. Iya, aku memang tidak pandai mendefinisi rindu. Mungkin, doa akan menyampaikan lembut, tanpa malu.
Beberapa alasan yang tak bisa aku ungkapkan perihal keyakinan. Maka, usah tanya mengapa aku bisa seyakin ini untuk mendapatkan mu. Padahal jika kita lihat kenyataannya, kamu benar-benar jauh dan sulit ku rengkuh. Aku selalu berlebih atas apa yang ku harapkan padahal aku melihat kita bisa bersama walaupun sebatas angan. Setidaknya, kamu tercipta dalam dunia yang ku buat sendiri; kita ada karena aku mengupayakan kita membentuk cerita; aku bahagia dalam pelukan delusi seseorang yang mati-matian ku buat hidup. Gemetar memang, saat tahu yang ku rangkai adalah bangkai bayangan.
Aku tidak lantang menyuarakan apa yang meruak dalam dada, karena setahuku menggapai renjana tidak butuh suara. Cobalah rasakan sedikit gelora yang memancar jelas saat raut wajahku mendadak gelagapan didepanmu, mau sampai kapan kamu tak memedulikan? Baiklah, sekarang aku mengerti, mengapa kita tidak pernah satu frekuensi. Kamu yang kurang peka atau pura-pura tidak merasa?
-Aprl, subuh-subuh.
Comments
Post a Comment