Bukan Lethologica
Setelah beberapa waktu bergulung dengan urusan hati kali ini aku enggan berkongsi perihal hati. Bukan lelah mencari atau tak menemukan pengganti namun aku hanya ingin rehat untuk beberapa waktu. Aku ingin benar-benar sembuh dan tidak lagi terimplikasi dengan luka lama.
Sebenarnya aku dan petualangku yang hilang adalah puing-puing kesenangan. Mungkin aku yang salah telah membuatnya berpikir bahwa aku tak lagi menyayanginya dengan baik. Mengabaikannya yang berusaha membujukku untuk kembali diwaktu yang sama ketika aku memutuskan pergi. Tunggu tahan dulu disini, aku yang memutuskan pergi? Iya, lalu mengapa aku yang terluka? Bagaimana bisa yang meninggalkan merasa kehilangan? Dan mengapa malah hanya aku yang paling merindu setelah kepergian? Andai kata aku sanggup merekontruksi relasi kita. Takkan ku biarkan siapa pun lolos untuk memorak porandakan apa yang sudah aku bangun. Namun untuk apa aku pikirkan lagi? Karna jika dia adalah apa yang telah tuhan tulis untukku, dia akan kembali kapanpun tuhan menginginkannya.
Aku ingin memberi tahumu tentang duniaku yang akhir-akhir ini berisi padahal aku sangat menyadari aku sedang sendiri. Entahlah, semenjak kepergianmu aku terus mencoba mendekatkan diri kepada yang Maha Kuasa. Ternyata benar, menggantikan seseorang dengan orang baru di hati yang sedang hancur bukanlah sebuah pilihan yang benar. Sabarlah untuk beberapa waktu, bagaimana pun hatiku hanya butuh istirahat. Tidak perlu ku habiskan waktu dengan mengurung diri di dalam kamar, itu hanya akan membuatku semakin hancur dan otakku akan bekerja lebih dari biasanya. Jangan terlalu memaksakan diri untuk berpikir tentang apa yang telah terjadi, nikmati saja, sebab patah hati hanya diberikan pada manusia yang mahir mencintai. Tuhan tidak mungkin membiarkan hambanya menyayangi anak manusia yang tak pandai menghargai apalagi mencintai itulah alasan mengapa tuhan mematahkan hatimu. Tenanglah badai sebesar apapun pasti akan berlalu, sehebat dan sekuat apapun diriku jika dia tidak menginginkanku dan memilih mencari apa yang dia mau, aku tetap tidak akan menang.
Aku akhirnya mengerti, aku harus berubah menjadi lebih baik bukan menjadi lebih cantik sebab cantik bukanlah syarat paling penting dalam mencintai. Ketika aku memaksakan diri untuk menjadi apa yang dia inginkan, kelak jika aku lelah dan kembali menjadi diriku yang sebenarnya lagi, kamu tidak akan lagi menginginkanku dan aku akan segera terhapus dari apa yang disebut memorimu. Satu-satunya jalan adalah aku harus menerima kekalahanku, mempercayai suatu hari nanti ketika aku sudah menata seluruh jagat rayaku seseorang yang jagat rayanya pun sudah tertata akan datang tanpa aku mengharapkannya.
Kini biarlah aku menata segala hal dengan penuh hati-hati. Menyembuhkan hati yang sedang patah, mematahkan harapan yang masih singgah, menyinggahi orang-orang terdekat dan merelakan kisah ini mati tanpa meninggalkan seberkas ingatan. Tapi aku paham betul, ingatan tidak pernah bisa dipaksa pergi. Lain dengan perasaan, aku akan mengubah perasaanku sesulit apapun itu aku yakin aku bisa melewati ini semua. Karna aku tahu hidup tidak akan berhenti sebelum waktunya.
[Aprl. 26 feb; Setelah bangun tidur sambil melanjutkan rindu]
Sebenarnya aku dan petualangku yang hilang adalah puing-puing kesenangan. Mungkin aku yang salah telah membuatnya berpikir bahwa aku tak lagi menyayanginya dengan baik. Mengabaikannya yang berusaha membujukku untuk kembali diwaktu yang sama ketika aku memutuskan pergi. Tunggu tahan dulu disini, aku yang memutuskan pergi? Iya, lalu mengapa aku yang terluka? Bagaimana bisa yang meninggalkan merasa kehilangan? Dan mengapa malah hanya aku yang paling merindu setelah kepergian? Andai kata aku sanggup merekontruksi relasi kita. Takkan ku biarkan siapa pun lolos untuk memorak porandakan apa yang sudah aku bangun. Namun untuk apa aku pikirkan lagi? Karna jika dia adalah apa yang telah tuhan tulis untukku, dia akan kembali kapanpun tuhan menginginkannya.
Aku ingin memberi tahumu tentang duniaku yang akhir-akhir ini berisi padahal aku sangat menyadari aku sedang sendiri. Entahlah, semenjak kepergianmu aku terus mencoba mendekatkan diri kepada yang Maha Kuasa. Ternyata benar, menggantikan seseorang dengan orang baru di hati yang sedang hancur bukanlah sebuah pilihan yang benar. Sabarlah untuk beberapa waktu, bagaimana pun hatiku hanya butuh istirahat. Tidak perlu ku habiskan waktu dengan mengurung diri di dalam kamar, itu hanya akan membuatku semakin hancur dan otakku akan bekerja lebih dari biasanya. Jangan terlalu memaksakan diri untuk berpikir tentang apa yang telah terjadi, nikmati saja, sebab patah hati hanya diberikan pada manusia yang mahir mencintai. Tuhan tidak mungkin membiarkan hambanya menyayangi anak manusia yang tak pandai menghargai apalagi mencintai itulah alasan mengapa tuhan mematahkan hatimu. Tenanglah badai sebesar apapun pasti akan berlalu, sehebat dan sekuat apapun diriku jika dia tidak menginginkanku dan memilih mencari apa yang dia mau, aku tetap tidak akan menang.
Aku akhirnya mengerti, aku harus berubah menjadi lebih baik bukan menjadi lebih cantik sebab cantik bukanlah syarat paling penting dalam mencintai. Ketika aku memaksakan diri untuk menjadi apa yang dia inginkan, kelak jika aku lelah dan kembali menjadi diriku yang sebenarnya lagi, kamu tidak akan lagi menginginkanku dan aku akan segera terhapus dari apa yang disebut memorimu. Satu-satunya jalan adalah aku harus menerima kekalahanku, mempercayai suatu hari nanti ketika aku sudah menata seluruh jagat rayaku seseorang yang jagat rayanya pun sudah tertata akan datang tanpa aku mengharapkannya.
Kini biarlah aku menata segala hal dengan penuh hati-hati. Menyembuhkan hati yang sedang patah, mematahkan harapan yang masih singgah, menyinggahi orang-orang terdekat dan merelakan kisah ini mati tanpa meninggalkan seberkas ingatan. Tapi aku paham betul, ingatan tidak pernah bisa dipaksa pergi. Lain dengan perasaan, aku akan mengubah perasaanku sesulit apapun itu aku yakin aku bisa melewati ini semua. Karna aku tahu hidup tidak akan berhenti sebelum waktunya.
[Aprl. 26 feb; Setelah bangun tidur sambil melanjutkan rindu]
Comments
Post a Comment