Kepada Lelaki Yang Berani
Kepada lelaki yang sempat menemaniku pada beberapa bulan belakangan, terimakasih telah menghadirkan diri untuk mengembalikan kepercayaan ini meski aku paham betul bahwa sebenarnya kita tidak pernah bisa menjadi utuh. Terimakasih telah mencoba kembali bersama pada hubungan yang dulu kandas begitu saja, namun sayangnya percobaan kesekian kalinya ini tetap gagal. Aku tidak menyalahkanmu karna meninggalkan ku dengan tanpa adanya alasan. Aku tidak menyalahkan diriku sendiri karna telah terlalu mempercayaimu hingga berkali-kali. Aku juga tidak menyalahkan alam semesta karna menghadirkanmu berulang-ulang namun tetap berujung menghilang. Bagiku, siapapun yang berani menyempatkan diri adalah mereka yang dengan rela dikenang dan rela disebut namanya meski segala perihal hati tak pernah kembali datang, namun sebenarnya rindu tetaplah sebuah pengecualian sebab rindu hanya mampu memudar lalu dengan sadar mulai terlihat jelas kembali.
Kepada lelaki yang telah berusaha keras meninggalkan kenangannya dimasa lalu, terimakasih telah berjuang sepenuh hati, aku percaya kamu pernah melewati masa sulit, terimakasih selalu kembali ketika aku sedang menyelesaikan episode terburuk. Percayalah, aku menyadari sepenuhnya bahwa waktumu bukan hanya untukku. Seharusnya tak aku lakukan paksaan bertemu itu. Andai saja, kamu mampu memberi pengertian tanpa emosi, mungkin kita tak lagi usai.
Kamu benar...
Ini masalahku yang tak mampu memahami bagaimana caranya mengalahkan egoku dengan mudah, sebenarnya tak ada lagi yang patut disalahkan, dibahas, atau bahkan dipertanyakan. Ini sudah selesai.
Terima kasih.
[Aprl. 23 mei; Setelah kamu membalas chat dengan sangat singkat]
Kepada lelaki yang telah berusaha keras meninggalkan kenangannya dimasa lalu, terimakasih telah berjuang sepenuh hati, aku percaya kamu pernah melewati masa sulit, terimakasih selalu kembali ketika aku sedang menyelesaikan episode terburuk. Percayalah, aku menyadari sepenuhnya bahwa waktumu bukan hanya untukku. Seharusnya tak aku lakukan paksaan bertemu itu. Andai saja, kamu mampu memberi pengertian tanpa emosi, mungkin kita tak lagi usai.
Kamu benar...
Ini masalahku yang tak mampu memahami bagaimana caranya mengalahkan egoku dengan mudah, sebenarnya tak ada lagi yang patut disalahkan, dibahas, atau bahkan dipertanyakan. Ini sudah selesai.
Terima kasih.
[Aprl. 23 mei; Setelah kamu membalas chat dengan sangat singkat]
Comments
Post a Comment