Kau Dalam Bahasa.

     Bahasa ku adalah apa yang tak pernah benar-benar kau pahami. Jika aku boleh mengeluh sekali lagi padamu. Aku mengeluh tentang tulisanku yang terus saja menata luka. Tak pernah bosan aku tulis kata luka dan rindu. Mencocokannya agar seirama; sebahasa; sepemahaman. Tatkala aku membuka kamus besar bahasa Indonesia yang dikira orang-orang bahasa ku terlalu tinggi untuk mereka. Padahal supaya mereka mau menyelami bahasa negara sendiri. Kendati, aku tidak memaksa mereka memahami. Cukup kau saja.

     Bahasa ku adalah apa yang tak pernah benar-benar nyata bagimu. Seolah aku sedang menceritakan tokoh fiktif. Pikiranku berlari kesana kemari demi mendapatkan kata yang ringan. Lebih sulit dibanding berlari mengejarmu untuk kembali. Kau terlalu luas untuk ku perkecil lewat bahasa. Kau terlalu manis untuk ku tulis lewat aksara. Kau terlalu nyata untuk ku abadikan dalam cerita. Aku tak pernah protes, tentang kamu yang tak seperti Dilan. Biarkan saja berjalan se-apa adanya tanpa di bumbui agar terlihat indah. Sebab, di lini masa aku memamerkan mu yang benar-benar ada.

     Bahasa ku adalah apa yang tak pernah benar-benar ingin kau baca. Jika bukan penasaran, bisa saja kau tak memedulikan. Jika saat ini aku menulis berita, bisa saja kau menganggapnya hoax. Jika bukan aku yang pernah kau titip duka, bisa saja hati mu tidak berbisik untuk meminta mu membacanya. Bahasa ku terlalu sempit untuk membuat mu membuka kembali mata. Menikmati renjana. Sebelum bencana menghalau apa yang kita anggap sama.

     Bahasa ku adalah bahasa mu yang tidak lagi sama. Sebab, jika bukan kamu. Aku tak mampu merangkai kata. Memasangkannya agar sedap untuk di baca; Sebab, jika masih sama. Aku mungkin tidak mahir membuat kalimat sederhana ini; Sebab, jika ini bukan bahasa mu. Bagaimana bisa aku terus saja membahas mu? Menjabarkan mu dalam beberapa paragraf. Bahasan ku tak ingin membelok pada apa pun selain kau. Seluruh ruang tubuh ku tak ingin di isi oleh selain kau. Namun, kau lebih tertarik membahas dia. Menggenapkan jiwanya. Tanpa kau sadari, kau telah membuatku ganjil.

     Kau harus tahu. Aku ingin sekali menulis hal-hal menyenangkan tentangmu. Tentang bibirmu yang tipis; tentang rambut mu yang lembut; tentang kaki mu yang kuat; tentang hati mu yang tak henti berteriak tak ingin mengganti aku. Sepertinya, aku butuh kamu. Butuh kamu yang tak pernah benar-benar yakin untuk lebih memilihnya daripada aku.

     Luka, duka, sedih, pedih, lara, adalah apa yang telah bahasa ku kuasai. Kau boleh bilang aku piawai menulis mereka. Namun, aku butuh yang lebih menantang. Seperti saat kita saling jatuh tanpa tersungkur. Merasakan bahagia yang saat itu tak bernama.

Comments

Popular posts from this blog

Nawala Patra

Keras Kepala

Niskala