Niskala

Fraksi dari rasa yang bereaksi adalah rindu. Menelusuk jantung dan antero langit. Ia sukar mendarat namun tak pernah benar-benar terbang untuk sampai.

Hati ku memang dakar. Ia tetap menunggu walaupun sudah terlalu sering ku halang dengan cara menyimpang. Hanya demi kamu -yang rela terpenjara oleh rasa yang kamu cipta dengannya- tak mengapa aku terluka (lagi).

Tentu saja, tak pelik bagi ku. Menunggu memang hal yang merajam namun tetap saja berkolaborasi dengan mu ialah konsepsi ku. Bahwa untuk meraihnya butuh jiwa yang konsisten. Dan aku selalu siap sekali pun tahu, ini tak berbalas.

Bagaimana pun, aku tetap ingin menunggu. Karna aku tahu. Menjadi orang ketiga dalam hubungan siapapun adalah cendala. Apapun alasannya sekalipun kamu bersedia. Aku tak mau sebab celakanya, saat kamu sembunyi-sembunyi, kemudian tertangkap basah. Dan akhirnya melukai banyak hati. Termasuk hati sendiri.

Begitulah, asmara memang elusif. Ia kentara dan ia pun niskala. Lalu kita harus terbiasa. Saat dihadapkan pada nestapa atau bahagia.

[252, Benteng; saat tak ada kuota]

Comments

  1. Ga ada feelnya.
    Mungkin krn km mnggunakan diksi2 yg mirip ujaran viky prasetio ya. Jd flat dan mmbuat sy mngernyit.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Nawala Patra

Keras Kepala