Keras Kepala

     Aku perempuan keras kepala. Sekuat apapun seseorang menjatuhkan, aku akan semakin menjulang. Luka yang sempat membuat ku terkapar kini tidak pernah lagi menyambar. Bahkan aku tidak berusaha keras untuk sembuh. Aku menikmati sendu hingga akhirnya kesengsaraan hati ini pergi tanpa meninggalkan bekas yang membiru.
     Awalnya aku benar takut untuk memulai kembali. Tidak percaya renjana itu nyata. Namun, setelah kamu hadir mengisi hari-hari ku yang hampa. Hati ku tidak pernah lagi nelangsa. Sepi tidak lagi ku rasa. Semua berjalan baik-baik saja seolah peristiwa menyakitkan kemarin tidak pernah aku alami. Kamu lelaki yang mampu mengobati semua lara. Walaupun ketika itu aku tidak menginginkan kamu selalu ada. Percaya atau tidak, kamu bisa membuat ku memahami. Semakin aku berpura-pura tidak peduli, semakin erat pula kita berkonspirasi. Dan aku baru menyadari akan hal itu.
     Aku mulai terbiasa dengan adanya kamu. Memberi lembaran baru yang akan kita isi bersama. Hari demi hari tampak begitu sempurna. Meski sesekali kita merasa tersakiti. Pertikaian-pertikaian mampu dengan mudah kita atasi. Hanya untuk mencapai apa yang menjadi cita-cita kita berdua. Berkomitmen untuk saling menjaga. Apapun yang terjadi nanti, aku tetaplah perempuan keras kepala yang akan terus memperjuangkan rencana-rencana kita. Kemudian, kamu akan selalu menjadi lelaki yang menguatkan bahwa kita bukanlah dua orang yang mudah menyerah hanya karena berselisih paham.
Kelak hubungan kita akan goyah. Aku berharap kamu tidak lupa dengan janji-janji juga semua yang sudah di rancang bersama. Sebab aku tidak ingin apa yang sudah kita bangun, roboh begitu saja. Di biarkan menjadi debu, diterpa angin sepoi-sepoi, dan hilang. Aku mafhum, kita akan hancur oleh hal yang membuat kita lalai. Merasa itu hanya hal sepele tetapi tanpa di sadari akan berdampak besar.
     Semudah apapun seseorang menyelundup ke dalam relasi kita. Bertujuan sebagai perusak lalu pergi atau perusak lalu merebut. Aku akan terus menjadi perempuan keras kepala yang paling menuntut mu bertahan. Semampang aku tidak lagi menjadi seseorang yang rua di hati mu. Aku akan mengerti, sudah menjadi sifat manusia akan selalu tergiur oleh sesuatu yang baru.

[Aprl, 529 || Sukabumi, sahur ke 13x]

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Nawala Patra

Niskala