Absorptif

Aku benci perpisahan. Apapun alasannya.

Seandainya dari awal aku paham apa yang membuat bahagia dan sedih berganti begitu cepat. Mungkin aku akan membujuk diri sendiri untuk menjauh selangkah demi selangkah. Menyelamatkan hati yang hampir masuk perangkap.

Namun, kini sudah terlambat. Aku telah menambatkan seluruh ku kepada mu. Memercayai mu yang tidak akan pernah menggoreskan luka.

Ternyata aku salah. Sebenarnya kita tidak pernah melawan perbedaan, kita hanya berusaha menyama-nyamakan.

Usia hubungan yang tidak lagi sepekan duapekan. Tak lagi semendebarkan dulu. Semua berubah seiring berjalannya waktu. Kata yang biasa membuat tenang ketika diri di kuasai amarah, sekarang malah membuat keadaan semakin parah. Dan harus selalu aku yang mengalah.

Untuk semua rasa yang pernah hadir. Dengan mu adalah yang paling panjang. Maka, begitu menyakitkan ketika tahu kita tak lagi saling memahami. Perlahan dihancurkan sikap mu yang mementingkan diri sendiri.

Sudahlah, sandiwara ini kita akhiri saja. Aku tidak mau luka dari mu semakin meruak. Hati ku tak lagi rela dihantam kata yang kamu lontarkan tanpa dipikirkan terlebih dulu.

Ya, aku pergi.
Semoga di hari nanti kamu tak pernah mengenal sesal.

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Nawala Patra

Keras Kepala

Niskala