Singkat
Aku adalah perempuan kuat. Yang tetap berdiri di kerapuhan, yang terbiasa tersenyum di kesakitan, yang telah lama menunjukkan bahagia di setiap kenelangsaan, yang selalu menjadi rumah di setiap kepulangan, yang tak mudah lari dari sekian banyaknya permasalahan, yang akan tetap menemani di sepanjang perjalanan, dan yang dengan senang hati menerima semua kekurangan.
Buktinya, setelah kamu mengakhiri cerita panjang ini. Aku bersedia menanggung semua lara. Meski hati ini meronta meminta tak ingin kamu cepat berlalu. Pergi tetaplah sebuah pergi. Sekali pun raga mu tetap disini. Sekali pun tubuh mu tetap ku dekap. Sekali pun tawa mu masih ku dengar. Sekali pun mata mu masih bisa ku tatap. Sekali pun senyum mu masih mengahanyutkan ku. Namun semua menjadi percuma, jika hati mu tak lagi menyisakan ruang untuk ku. Sepandai-pandainya kamu menciptakan semu, pada akhirnya perasaanlah yang akan mengusungku pada kenyataan.
Lalu, kata siapa aku akan menangisi mu sejadi-jadinya? Kamu mengira, aku akan bersujud mendaduk supaya kamu memikirkan lagi keputusan mu? Tidak. Aku memang terlihat sempoyongan ketika langkah demi langkah kaki ku menjauhi mu. Keberatan sekali saat tahu semua yang aku lakukan ini sia-sia. Lebih dari itu, hal bodoh yang terjadi ialah apa yang kita bangun dengan mengabaikan segala bentuk nasehat bahwa kebersamaan kita bukanlah yang terbaik ternyata dihancurkan oleh tokoh utamanya. Tapi aku baik-baik saja setelah hati ku di tusuk oleh kata yang keluar dari mulut busuk mu.
Kala itu, kamu berkelakar perihal puisi renjana yang kamu buat. Malang sekali menjadi aku, si perempuan yang menganggap itu semua kesungguhan. Memecayai laki-laki seperti mu. Kemana janji-janji mu yang dulu takkan mudah berpaling hanya demi paras? Apakah laki-laki tercipta dari bualan hangat?
Mantan kekasih, selama apapun kita bersama. Seberapa pun kenangan yang telah kita buat. Semenyakitkan apapun luka yang telah kamu tanam. Sebahagia apapun aku di samping mu dulu. Kini kita hanyalah manusia penuh cerita. Usah lagi saling menyapa. Aku tidak ingin sapaan mu adalah sesal mu. Harapan yang kamu simpan diam-diamm karena tahu aku lebih baik dari perempuan mu yang sekarang. Biarlah, yang dahulu di rapikan sebagai kisah sejarah yang singkat. Sesingkat saat pertama kita jumpa kemudian, berkomitmen untuk saling menjaga dalam sebuah relasi yang berakhir karena tak terpelihara.
Buktinya, setelah kamu mengakhiri cerita panjang ini. Aku bersedia menanggung semua lara. Meski hati ini meronta meminta tak ingin kamu cepat berlalu. Pergi tetaplah sebuah pergi. Sekali pun raga mu tetap disini. Sekali pun tubuh mu tetap ku dekap. Sekali pun tawa mu masih ku dengar. Sekali pun mata mu masih bisa ku tatap. Sekali pun senyum mu masih mengahanyutkan ku. Namun semua menjadi percuma, jika hati mu tak lagi menyisakan ruang untuk ku. Sepandai-pandainya kamu menciptakan semu, pada akhirnya perasaanlah yang akan mengusungku pada kenyataan.
Lalu, kata siapa aku akan menangisi mu sejadi-jadinya? Kamu mengira, aku akan bersujud mendaduk supaya kamu memikirkan lagi keputusan mu? Tidak. Aku memang terlihat sempoyongan ketika langkah demi langkah kaki ku menjauhi mu. Keberatan sekali saat tahu semua yang aku lakukan ini sia-sia. Lebih dari itu, hal bodoh yang terjadi ialah apa yang kita bangun dengan mengabaikan segala bentuk nasehat bahwa kebersamaan kita bukanlah yang terbaik ternyata dihancurkan oleh tokoh utamanya. Tapi aku baik-baik saja setelah hati ku di tusuk oleh kata yang keluar dari mulut busuk mu.
Kala itu, kamu berkelakar perihal puisi renjana yang kamu buat. Malang sekali menjadi aku, si perempuan yang menganggap itu semua kesungguhan. Memecayai laki-laki seperti mu. Kemana janji-janji mu yang dulu takkan mudah berpaling hanya demi paras? Apakah laki-laki tercipta dari bualan hangat?
Mantan kekasih, selama apapun kita bersama. Seberapa pun kenangan yang telah kita buat. Semenyakitkan apapun luka yang telah kamu tanam. Sebahagia apapun aku di samping mu dulu. Kini kita hanyalah manusia penuh cerita. Usah lagi saling menyapa. Aku tidak ingin sapaan mu adalah sesal mu. Harapan yang kamu simpan diam-diamm karena tahu aku lebih baik dari perempuan mu yang sekarang. Biarlah, yang dahulu di rapikan sebagai kisah sejarah yang singkat. Sesingkat saat pertama kita jumpa kemudian, berkomitmen untuk saling menjaga dalam sebuah relasi yang berakhir karena tak terpelihara.
Kok sakit yah bacanya ๐
ReplyDeleteDihh baper hahaha
DeleteHai spril im syifa rd hhhh q pfikir q jga wanita kuat .. Tp trnyata saya wanita bodohh yg bisa menanggis dan menggeluh di saat sulit
ReplyDeleteHehehe hai. Semua perempuan mudah menangis kok dan semua tahu itu.
DeleteKo singkat yah pril
ReplyDeleteJustru itu :v
Delete