Akseptasi Fragmen
Akseptasi
(n) penerimaan; pembenaran.
Fragmen
(n) bagian atau pecahan sesuatu.
(n) penerimaan; pembenaran.
Fragmen
(n) bagian atau pecahan sesuatu.
Dan benar aku menerima semua yang sudah menjadi kehendak. Meski bagian ini yang paling berat.
Haruskah kita berakhir cukup sampai disini? Meski hati berkata tak mampu. Tak ingin terlambat menyudahi keadaan ini, mungkin ini jalan kita🎶
Aku benci kalimat, lalu aku harus bagaimana?
Sedangkan aku tak pernah meminta sesuatu yang diluar nalar. Aku tak pernah minta dibuatkan candi, dibuatkan bendungan, atau dibuatkan bahtera dari emas sekalipun. Tapi mengapa hanya cukup menjadi yang paling memahami itu teramat sulit? Kamu seharusnya mengerti dan tahu arti untuk porsi mu sendiri.
Sedangkan aku tak pernah meminta sesuatu yang diluar nalar. Aku tak pernah minta dibuatkan candi, dibuatkan bendungan, atau dibuatkan bahtera dari emas sekalipun. Tapi mengapa hanya cukup menjadi yang paling memahami itu teramat sulit? Kamu seharusnya mengerti dan tahu arti untuk porsi mu sendiri.
Aku tak suka kalimat, jadi apa mau mu?
Sedangkan aku tak pernah membuatmu gundah oleh kode-kode seperti kebanyakan orang. Kamu tahu aku bukan tipikal orang demikian, namun kamu masih bertanya-tanya apa yang seharusnya kamu lakukan pada setiap keadaan.
Sedangkan aku tak pernah membuatmu gundah oleh kode-kode seperti kebanyakan orang. Kamu tahu aku bukan tipikal orang demikian, namun kamu masih bertanya-tanya apa yang seharusnya kamu lakukan pada setiap keadaan.
Aku tidak setuju dengan kalimat, aku akan menjadi apa yang kamu mau.
Sedangkan aku tak pernah menuntutmu apa-apa. Tak menuntutmu menjadi super hero seperti dalam Avengers. Tak menuntutmu sanggup mengendalikan empat elemen seperti Aang. Tapi tetap saja, bagimu, seolah aku tak mau menerima semua yang ada padamu. Padahal untuk menjadi teman segala, kamu hanya butuh cukup. Cukup menjadi dirimu sendiri. Tak lagi merendahkan atau menyalahkan diri. Tak membandingkan apapun yang ada padamu dan padaku. Tak ada lagi keluh, kesah, gelisah pada sesuatu yang belum terjadi.
Sedangkan aku tak pernah menuntutmu apa-apa. Tak menuntutmu menjadi super hero seperti dalam Avengers. Tak menuntutmu sanggup mengendalikan empat elemen seperti Aang. Tapi tetap saja, bagimu, seolah aku tak mau menerima semua yang ada padamu. Padahal untuk menjadi teman segala, kamu hanya butuh cukup. Cukup menjadi dirimu sendiri. Tak lagi merendahkan atau menyalahkan diri. Tak membandingkan apapun yang ada padamu dan padaku. Tak ada lagi keluh, kesah, gelisah pada sesuatu yang belum terjadi.
Dari setiap sesenggukan dibawah bantal karena masalah yang selalu sama. Aku sempat berpikir untuk tak lagi menunggu kabarmu, kedatanganmu, atau apapun perihal kamu. Aku memilih jauh dari dekatnya jarak. Aku memilih sekat dari sanggupnya rekat. Seandainya kamu mampu memugari sekaligus menjadi yang paling mengerti, aku mungkin takkan hampir sampai pada sebuah pergi. Aku masih mempedulikan mantan-mantanmu, sebab aku tak ingin sama bajingannya dengan mereka. Pergi pada dada yang baru untuk berpeluk membenamkan kepala.
Aku masih selalu meyakini, mempertahankan komitmen adalah harga diri. Itu alasan kenapa aku masih mau menjadi yang terbaik. Nahasnya, yang aku pertaruhkan, yang aku rangkai dalam skema, dan yang aku kira masih satu konsepsi, kini tak lagi konsentris. Dari banyaknya cerita yang menjadi sejarah, kamu adalah yang paling membelasah.
Aku menebah dada, berusaha meniadakan parah, namun perih yang masih berulah membuatku lelah. Kamu tahu betul, mencari jalan sendiri ialah konsolidasi satu arah dan aku ada diposisi ini dengan pasrah.
[Aprl, hari ini]
Apalagi kalo minta ditemenin ke neptunus yaðŸ˜
ReplyDeleteIya sebel dehh dedeq nay :((
DeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDelete