Seman Telamanya


Salahkah kalau saat di awal sa masih rasakan bimbang saat sa mulai syg ko su pergi menghilang🎶

Bunga yang jatuh tak sempat ditolong semesta. -Unknow.

Selamat tinggal. Kalimat terakhir yang ku dengar. Begitupun aku padamu (dulu), nyatanya aku masih ingin kamu disini. Melanjutkan rasa yang sebenarnya harus sudah ku paksa ikhlas, meneruskan jalan cerita yang sebenarnya tak lagi bisa di urai. Begini rasanya berada diposisi mu kala itu, seperti ini keinginan dalam benak yang banyak sekali masih. Masih ingin menggenggam ketika tangan kita sedang bersentuhan; masih ingin berdekatan ketika raga kita duduk bersebelahan; masih ingin bersama ketika satu hari penuh kita berboncengan; masih merasa rindu ketika kita tak jauh dari penglihatan.

Kini, aku mengaku kalah, oleh diriku sendiri. Tak mampu berkata apa yang sebenarnya dirasa. Terlalu meninggikan gengsi dan berlagak hebat perihal membunuh hati. Sudah berulang kali memercayai diri bahwa sesuatu yang sengaja ditikam dalam diri orang lain, akan tumbuh dan menjalar dalam tubuh. Nahasnya, itu terjadi. Beberapa kali ku buang semua yang bersarang, namun ia tetap berdatangan. Entah untuk membuatku terjebak dalam imaji atau sebuah pertanda agar kita lebih banyak memberi nyata pada janji.

Bagi ku,  status tak berarti. Asal kamu masih mau mewarnai dan mengisi hari. Tidak berubah karena satu dan lain hal, namun aku keliru atas semua yang terjadi. Kamu tahu, aku ialah perempuan yang sangat membenci jarak. Kamu juga tahu bahwa seseorang pernah membuatku terpukul oleh jarak. Lalu, mengapa kini kamu demikian? Menghempas hal-hal yang aku yakini, menghilangkan semua cerita yang sempat kita lalui, juga menerbangkan rasa yang hampir membuat aku dan kamu menjadi kita.
Tak usah terbawa perasaan. Merasa tidak enak setelah tahu aku tak baik-baik saja. Tenang, menjadi asing bagi seseorang itu sudah biasa. Jangan ragukan kehebatan ku yang satu ini. Bahkan aku tak lagi heran dengan sesuatu yang lepas tanpa pernah ku genggam.

Untuk mu, pejuang yang merasa seolah pantas untuk dikenang. Terima kasih, sudah teramat sering meminjamkan pundak.

Siapapun yang membaca catatan ringan ini. Semoga kalian tetap bahagia dengan pilihan kalian, begitupun aku.

Judul di ambil dari linimasa milik Bara Ramadhan. -- Tanpa ijin, inget!

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Nawala Patra

Keras Kepala

Niskala