Kala Itu dihari Ini
Aku benci melihatmu sekarang. Setelah aku memaksa diri menerima kenyataan pada hari itu, kamu memintaku tak risih menanyakan kabar dan aku berusaha menjadi tenang saat dibombardir rindu. Nyatanya, ada hati yang sedang kamu jaga. Lalu, aku yang dibalut kepolosan luar biasa malah memercayai apa yang kamu katakan. Aku tahu posisi ku kala itu dihari ini, berada ditengah-tengah dua insan yang berusaha menyatukan perbedaan, sedangkan kamu anggap aku sebagai penghalang yang tak mampu kamu hancurkan. Mungkin itu salah satu alasan mengapa kamu memilih untuk membuatku semakin terhimpit, kemudian mundur dengan sendirinya agar ketika kalian bersama, aku bukanlah sebuah kesengajaan yang disingkirkan. Aku adalah perempuan yang tidak tahan dengan kesibukanmu, begitulah nanti kamu akan membela diri. Tentu saja, dia adalah penggantiku yang akan kamu sebut diakhir perjalanan kita. Inilah perempuan yang sebenarnya mampu menahan ego dan menjadi tenang digemuruhnya kesibukan, kata mu. HAHA! Najis, hatiku memang berhasil kamu bunuh, tapi tidak dengan logika ku.
Di hari ini, tolong tanyakan bagaimana kabarku. Aku ingin menjawab dengan penuh semangat bahwa setelah kamu pergi semuanya menjadi lebih baik. Kamu membuang ku yang mau menerima kemiskinan mu dan dia adalah perempuan yang mudah kamu beri kepastian dengan genangan nominal dalam atm mu. Aku memberitahu mu sekarang, bahwa akulah perempuan yang mendaduk dalam sujud disepertiga malam meminta kepada Tuhan untuk memberimu kesempatan bekerja. Tuhan sangat baik mengabulkan itu, namun aku kesal dan kembali berdialog dengan Tuhan untuk mencabut segala yang pernah ku minta terhadapmu. Bagaimana? Iya, sebegitu bencinya aku kepada mu. Aku tidak menyesal pernah ditarik berkali-kali dan dilepas begitu saja. Aku hanya merasa mengapa hari itu aku terlalu menurutimu? Tidak, aku tidak bodoh. Aku hanya salah mengambil keputusan. Tolong, sekali lagi, tanyakan bagaimana kabar ku hari ini. Ku tunggu pesan singkat yang menyangkut di direct message.
Dipanjangnya cerita yang ku bagikan pada seorang kawan, kalian ku sebut setan. Jangan mendidihkan emosi. Aku saja tidak marah setelah kamu buat berdarah, hanya sedikit kacau. Tapi waras ku tidak pernah beranjak dari tempatnya. Kini aku mengerti, untuk apa berbuat baik kepada seseorang tak paham timbal balik? Berlelah-lelah demi seseorang yang sengaja membuat ku kalah. Katamu, kita akan melewati semuanya dan bersabar untuk waktu yang cukup lama demi mencapai apa-apa yang sudah kita rencanakan berdua. OMONG KOSONG! Aku mengutuk mu melalui doa yang akan kamu terima dalam waktu dekat. Tunggu saja, sebagaimana aku menunggumu pulang saat itu. Berhati-hatilah, sebab kutukan ku datang tanpa permisi.
[Aprl, Sukabumi: Sedang berbisik pada postinganmu diinstagram, situ dulu les privat berbohong dimana sih? Noob banget, tolol!]
ini rada rada ngegas ni mbaknya, btw mangat teroooos penulis hebat dimasa depan. lup u❤
ReplyDeleteKebanyakan maen tuiter jdi hobi bnget ngegas :((
Delete